Pembelajaran Kontekstual
A.
Latar belakang
Ada kecenderungan dewasa
ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka
pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil
Dalam kelas kontektual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih
banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan
sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola
dengan pendekatan kontekstual
B.
Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri
pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1.
Proses belajar
●
Belajar tidak
hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
●
Anak belajar dari
mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan
bukan diberi begitu saja oleh guru.
●
Para ahli sepakat
bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
●
Pengetahuan tidak
dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
●
Manusia mempunyai
tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
●
Siswa perlu
dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide.
●
Proses belajar
dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2.
Transfer Belajar
●
Siswa belajar
dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
●
Keterampilan dan
pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
●
Penting bagi
siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan
keterampilan itu
3.
Siswa sebagai Pembelajar
●
Manusia mempunyai
kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai
kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
●
Strategi belajar
itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
●
Peran orang
dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
●
Tugas guru
memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.
4.
Pentingnya Lingkungan Belajar
●
Belajar efektif
itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting
di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan.
●
Pengajaran harus
berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi
belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
●
Umpan balik amat
penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
●
Menumbuhkan
komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C.
Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism),
bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
1.
Merupakan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
2.
Merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang
diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat
E.
Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
1.
Menyandarkan pada
pemahaman makna.
2.
Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3.
Siswa terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.
4.
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5.
Selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6.
Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang.
7.
Siswa menggunakan
waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau
mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8.
Perilaku dibangun
atas kesadaran diri.
9.
Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman.
10.
Hadiah dari
perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11.
Siswa tidak
melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12.
Perilaku baik
berdasarkan motivasi intrinsik.
13.
Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14.
Hasil belajar
diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1.
Menyandarkan pada
hapalan
2.
Pemilihan
informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3.
Siswa secara
pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4.
Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5.
Memberikan
tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6.
Cenderung
terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7.
Waktu belajar
siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar
ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8.
Perilaku dibangun
atas kebiasaan.
9.
Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
10.
Hadiah dari
perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
11.
Siswa tidak
melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12.
Perilaku baik
berdasarkan motivasi entrinsik.
13.
Pembelajaran
terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14.
Hasil belajar
diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
F.
Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan
dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun
keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara
garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya
1.
Laksanakan sejauh
mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2.
kembangkan sifat
ingin tahu siswa dengan bertanya.
3.
Ciptakan
masyarakat belajar.
4.
Hadirkan model
sebagai contoh pembelajaran
5.
Lakukan refleksi
di akhir pertemuan
6.
Lakukan penilaian
yang sebenarnya dengan berbagai cara
G.
Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1.
Konstruktivisme
●
Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
●
Pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2.
Inquiry
●
Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
●
Siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.
Questioning (Bertanya)
●
Kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
●
Bagi siswa yang
merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4.
Learning Community (Masyarakat Belajar)
●
Sekelompok orang
yang terikat dalam kegiatan belajar.
●
Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
●
Tukar pengalaman.
●
Berbagi ide
5.
Modeling (Pemodelan)
●
Proses penampilan
suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
●
Mengerjakan apa
yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6.
Reflection ( Refleksi)
●
Cara berpikir
tentang apa yang telah kita pelajari.
●
Mencatat apa yang
telah dipelajari.
●
Membuat jurnal,
karya seni, diskusi kelompok
7.
Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
●
Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
●
Penilaian produk
(kinerja).
●
Tugas-tugas yang
relevan dan kontekstual
H.
Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
●
Kerjasama
●
Saling menunjang
●
Menyenangkan,
tidak membosankan
●
Belajar dengan
bergairah
●
Pembelajaran
terintegrasi
●
Menggunakan
berbagai sumber
●
Siswa aktif
●
Sharing
dengan teman
●
Siswa kritis guru
kreatif
●
Dinding dan
lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dan lain-lain
●
Laporan kepada
orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum,
karangan siswa dan lain-lain
I.
Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran
kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang
dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan
dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.
Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic
assessmennya.
Dalam konteks itu, program
yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada
perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan
program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi
tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok
dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual
adalah sebagai berikut.
1.
Nyatakan kegiatan
pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan
gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan
Pencapaian Hasil Belajar.
2.
Nyatakan tujuan
umum pembelajarannya.
3.
Rincilah media
untuk mendukung kegiatan itu
4.
Buatlah skenario
tahap demi tahap kegiatan siswa
5.
Nyatakan
authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar